Lapsus Espos(Senin wage,
11/3/2013).
![]() |
Nama jalan itu Ir.juanda.
Lokasinya sangat strategis lantaran berada di pintu gerbang masuk Kota Solo
dari timur. Namun hampir setahun ini, aspal jalan dari arah timur ke barat
sepanjang 2 Km ambles. Meski berulangkali ditumpuki aspal, akantetapi tetap
saja bekas galian itu ambles. Alhasil, jalan itu serasa kian menyempit lantaran pengguna jalan enggan melintasi sisi
utarav jalan raya yang ambles tersebut. “Kasus itu persis seperti yang terjaadi
di Jl. Perintis kemerdekaan dan KH Agus Salim Purwosari. Belum genap tiga bulan
masyarakat menikmati jalan mulus, kini kondisinya sudah rusak lagi gara-gara
bekas galian yang ditutup seenaknya,’kata Ismu j Wijarto, salah satu pengayuh
becak Solo saat berbincang dengan Espos, pekan lalu. Sebagai penarik becak,
Ismu yang aktif di Solidaritas Masyarakat Pinggiran Surakarta (Sompis) itu
merasakan betul susahnya melintasi jalan rusak. Selain mempercepat kerusakan
becak yang menjadi sumber penghasilan
satu-satunya, jalan yang berlubang juga juga bisa membahayakan keselamatan
penumpang.”Maka tak heranbanyak warga yang mememasang pot bunga, hingga menanam
pohon pisang di jalan yang rusak itu. Maksudnya agar pengguna jalan tahu bahwa
ada jalan membahayakan”, terangnya. Menuut pegiat Konsorsium Monitoring dan
Pemberdayaan institusi Publik (KOMPIP) Solo Eko Setiawan, penanaman pohon
pisang , pot bunga atau media laainnya di jalan berlubang adalah bentuk
ekspresi warga dalam menyalurkan aspirasi mereka. Sebabn kata Eko, warga tak
tahu lagi harus kemana mengadu. “Maka solusinya ialah menananam pohon pisang di
jalan. Saya kira, itu cara yang paling gampang bagi orang kecil dalam
menyuarakan aspirasi yang tersumbat.
Oleh Aris S. (Wartawan Solopos)






