Entri Populer

Rabu, 15 Juni 2011

Kembalikan Hidup Layak Kami !!!


Foto : By Sompis
Mbah Sukir, itu nama sapaan akrabnya. Lengkapnya Sukir Atmo Wiyono, ketua Paguyuban Pedagang Seputar Kampus UNS (PPSK), yang merupakan salah satu korban penataan dengan direlokasi ke pasar Panggung Rejo. Sebelumnya dia berdagang di sebelah boulevard pintu belakang UNS. Sudah satu setengah tahun lebih ini tidak bisa berjualan lantaran modal untuk jualannya habis setalah lama jualan tidak laku di pasar Panggungrejo.
Saat ini beliau hanya megasuh cucu-cucunya sambil membantu kegiatan istrinya yaitu membuat grito (pakaian dalam bayi). Ketika ditanya WO mengenai kondisi saat ini beliau menjawab “ya beginilah mas….saya sudah patah arang…..ketika kebijakan dibuat oleh pemerintah kota dengan merelokasi kami dari lokasi jualan kami ke dalam pasar panggung rejo, ketika kondisi kami sekarang bangkrut pemerintah kota sepertinya mbudek, micek tidak bertanggung  jawab dengan kondisi kami”. Saat ini dari 201 PKL yang direlokasi hanya 40-an pedagang saja yang masih bertahan, sisanya gulung tikar. “bagaimana gak gulung tikar mas, orang tidak ada pembeli, dulu sebelum direlokasi saya usaha jual nasi goreng sehari bisa menghabiskan 20 kg beras dengan omzet/penghasilan kotor Rp. 1.200.000 dan penghasilan bersih sekitar Rp. 200.000 – Rp. 300.000/hari, sekarang malah minus!” tegas mbah Sukir.
Situasi dan kondisi ini bisa menjadi gambaran hidup layak dari Pedagang Kaki Lima (PKL) yang telah diraihnya telah dirampas oleh Pemerintah Kota karena direlokasi ke Pasar serta menjadi bukti konsep pasarisasi gagal mensejahterakan Pedagang Kaki Lima (PKL). Memang butuh waktu puluhan tahun untuk menghidupkan pasar apalagi pasar yang dibangun merupakan tempat relokasi PKL yang memang habitatnya di pinggir jalan.  Belum lama ini 70an pedagang pasar Panggungrejo dipanggil untuk memberikan klarifikasi dan surat peryataan diatas materai Rp. 6.000,- terkait penyegelan kios mereka. Dari 70an pedagagang yang klarifikasi haya 47 pedagang saja, itupun hanya untuk menyiasati agar kios tidak disegel, tetapi ya tetap saja tidak merubah keadaan. Sebanyak 24 pedagang yang tidak memberikan klarifikasi akhirnya kios disegel oleh DPP. “Wah ini ya sama saja penggusuran secara halus” keluh mbah Sukir. Selanjutnya dia mengharap ke teman-teman PKL yang lain untuk tidak mau direlokasi ke pasar agar nasibnya tidak sama seperti saya dan untuk yang sudah direlokasi pemerintah Kota Solo harus bertanggungjawab akan kerugian seluruh pedagang selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar